PT Pertamina terus memantau pergerakan harga minyak mentah dunia dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sebelum memutuskan mengubah harga jual BBM, khususnya jenis nonsubsidi seperti Pertamax.
Sekretaris Perusahaan Pertamina Patra Niaga Irto Ginting menyampaikan penyesuaian harga BBM nonsubsidi mengacu pada rumusan yang tertuang dalam Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM Nomor 62 Tahun 2020.
“Kami masih mengkaji (harga Pertamax), melihat beberapa tren, baik harga minyak mentah, MOPS, nilai tukar,” kata Irto kepada Katadata.co.id, Jumat (26/5).
Sebelumnya, mantan Sekretaris Kementerian BUMN periode 2005-2010, Muhammad Said Didu mengkritik kebijakan harga BBM pemerintah. Menurut dia, dengan tren penurunan harga minyak saat ini, harga BBM juga harus diturunkan.
Melalui unggahan di akun Twitter @msaid_didu, dia menuding pemerintah memeras rakyat Indonesia dengan tidak menurunkan harga BBM untuk bersaing dengan harga minyak dan jatuhnya nilai tukar dolar AS. Menurut dia, harga BBM RON 92 atau Pertamax saat ini seharusnya Rp 10.000 per liter.
“Bapak Menteri ESDM, Menteri BUMN Erick Thohir, dan Ibu Dirut Pertamina, tolong berhenti memeras rakyat dengan tidak menurunkan harga BBM walaupun harga minyak dunia turun ditambah dengan melemahnya dolar AS. sudah sekitar 30% sejak kenaikan BBM,” ujarnya, dikutip Jumat (26/5).
Sebagai informasi, pemerintah telah melakukan beberapa penyesuaian harga BBM sepanjang tahun 2022 seiring dengan kenaikan harga minyak yang mencapai rekor US$123,7 per barel untuk West Texas Intermediate (WTI) dan US$127,98 untuk Brent. Salah satu penyebab kenaikan harga minyak adalah perang antara Rusia dan Ukraina.
Harga BBM bersubsidi seperti Pertalite dan Biosolar naik pada awal September 2022. Di wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, harga Pertalite naik menjadi Rp.
Sedangkan harga Pertamax naik menjadi Rp 12.500 dari sebelumnya Rp 9.000 pada 1 April 2022. Kemudian naik lagi menjadi Rp 14.500 per liter pada 3 September, dan turun menjadi Rp 13.900 pada 1 Oktober.
Memasuki tahun 2023, pemerintah juga telah melakukan beberapa penyesuaian harga Pertamax mengikuti fluktuasi harga minyak dunia dengan tren menurun. Per 3 Januari, harga turun menjadi Rp 12.800, kemudian naik menjadi Rp 13.300 pada 1 Maret, bertahan hingga saat ini.
Sementara itu, harga minyak terus menurun sejak mencapai rekor tertinggi pada Maret 2022. Di awal tahun 2023, harga telah terkoreksi sekitar 36% dengan perdagangan Brent di US$82,1 per barel dan WTI di US$80,26.
Sedangkan pada hari ini, Jumat (26/5), Brent diperdagangkan di US$ 76,44 per barel dan sudah mencapai US$ 70,10 pada 20 Maret, sedangkan WTI di US$ 72,18 yang sudah mencapai level terendah tahun ini di US$ 63,89 pada tahun lalu. Mungkin. 4.