PT Geo Dipa Energi berencana melakukan penawaran umum perdana (IPO) saham di Bursa Efek Indonesia. Langkah ini merupakan rencana jangka panjang perseroan untuk mendapatkan pendanaan publik dan menghilangkan ketergantungan sumber uang dari penyertaan modal negara atau PMN.
“Pasti ada IPO karena sebentar lagi PMN dihapuskan, kita tidak bisa bergantung pada PMN,” kata Direktur Operasional dan HSSE PT Geo Dipa Energi Rio Supriadinata Marza saat ditemui di Sekretariat Ikatan Alumni ITB, Jakarta Selatan. , Rabu (29/3).
Dia menjelaskan, saat ini perseroan masih melakukan kajian untuk menyusun rencana pengembangan dan memastikan kepastian power purchase agreement (PPA) atau perjanjian jual beli tenaga listrik oleh PT PLN. “Yang menarik investor adalah rencana pembangunan berkelanjutan dengan jaminan PPA dengan PLN, serta keberlanjutan hulu uap,” kata Rio.
Rio pun mengatakan, pelaksanaan IPO merupakan rencana jangka panjang perseroan. Sejauh ini, Geo Dipa belum mengajukan permohonan atau dokumen ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai salah satu syarat IPO.
“Belum, belum. Karena kami bertindak sebagai penugasan pemerintah untuk mengembangkan beberapa WKP yang tidak ada kepentingan pribadinya,” kata Rio.
Geo Dipa, kata Rio, menargetkan produksi listrik panas bumi sebesar 840 gigawatt hour (GWh) sepanjang 2023. Target tersebut lebih tinggi 6,3% dari realisasi produksi listrik panas bumi perseroan tahun sebelumnya sebesar 790 GWh.
Rio mengatakan produksi listrik bersih berasal dari uap panas yang diangkut dari wilayah kerja panas bumi (WKP) Dieng, Jawa Tengah dan WKP Patuha di Jawa Barat. Pendapatan produksi listrik sepenuhnya dialirkan ke PT PLN untuk pasokan listrik transmisi Jawa-Bali.
“Saat ini produksinya lebih banyak dari Patuha, ada kelebihan uap disana. Di Dieng, karena masih pengeboran, ada penyimpangan uap. Ada selisih sekitar 40 GW,” kata Rio.
Rio menambahkan, Geo Dipa berupaya meningkatkan kapasitas produksi listrik melalui pembangunan turbin pembangkit baru berkapasitas 60 megawatt hour (MWh) di WKP Dieng dengan modal investasi US$ 450 juta hingga US$ 500 juta. “Target kami setiap tahun produksi meningkat. Ke depan kami kembangkan 120 MWh di Dieng,” kata Rio.